Welcome To Rizal's Blog......!!!!!

"Student Today Leader Tomorrow" "Inspiration Life Today"

Sabtu, 17 Desember 2011

Penindasan Rakyat Negeri

Ketidak adilan, itulah kata yang sempat terucap,
Terucap, dari mulut manisku.
Sambil ku pelan pelan, berandai dan berangan,
Dan sesekali ,senyum manis terpancar ,dari bibir ku
Melihat ulah para koruptor
Yang sungguh hina dan memalukan

Hai anggota DPR....
Hai para koruptor rakyat..
Tega teganya kau menindas hidup kami
Penindasan dengan sembunyi sembunyi
Kau rampas hak kami
Kau rampas dengan rasa tak peduli

Dengan rasa tak tahu malu
Kau tebarkan janji manismu
Seolah hanya seperti angin lalu
Kau bilang studi banding
Tapi kau malahan "shoping"
Kau bilang kau tak korupsi
Tapi spekulasimu menjadi jadi

Kekecewaan rakyat yang tiada henti
Melihat kelakuanmu wahai pejabat negeri
Hingga rakyat yang harus merugi...

#F.Rizal Aly........



Selasa, 04 Oktober 2011

PROSEDUR PEMERIKSAAN OSSA ANTEBRACHII
DENGAN KASUS FRAKTUR DI INSTALASI RADIOLOGI
RSUD UNGARAN




Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Praktek Kerja Lapangan ( PKL ) I






















Disusun oleh :

YOGI SUGIMAN
P17430105284






PRODI D-III TEKNIK RADIODIAGNOSTIK
JURUSAN TEKNIK RADIODIAGNOSTIK DAN RADIOTERAPI
POLITEKNIK KESEHATAN SEMARANG
2006

HALAMAN PENGESAHAN



Nama : Yogi Sugiman
NIM : P17430105284
Judul Laporan : PROSEDUR PEMERIKSAAN OSSA ANTEBRACHII DENGAN KASUS FRAKTUR DI INSTALASI RADIOLOGI RSUD UNGARAN.


Telah diperiksa, disetujui dan disahkan sebagai laporan kasus untuk menyelesaikan tugas Praktek Kerja Lapangan I di Instalasi Radiologi Rumah Sakit Umum Daerah Ungaran.



Semarang, Desember 2006


Mengetahui :


Instruktur Pembimbing Laporan Kepala Ruang Instalasi Radiologi
RSUD Ungaran RSUD Ungaran




Susilo Budi, S.Si Arwati Nugroho, SST
NIP. 140326157 NIP. 140252866





Kepala Instalasi Radiologi Direktur RSUD Ungaran
RSUD Ungaran





dr. Oktina R.D, Sp.Rad dr.H.Mundjirin, ES, SpOG
NIP. 140093531



KATA PENGANTAR


Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan hidayah – Nya, penulis dapat menyelesaikan laporan kasus yang berjudul “ Prosedur Pemeriksaan Ossa Antebrachii dengan Kasus Fraktur di Instalasi Radiologi RSUD Ungaran.
Penyusunan Laporan Kasus ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu penugasan dalam Peraktek Kerja Lapangan I Jurusan Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi Politeknik kesehatan Semarang di Instalasi Radiologi Rumah Sakit Umum Daerah Ungaran.
Dalam penyusunan laporan kasus ini penulis telah banyak mendapat bantuan, bimbingan, dan dukungan dari berbagai pihak, untuk itu penulis tidak lupa mengucapkan banyak terima kasih kepada :
1. Bapak Ilham Setyo Budi, SKp, M.Kes. selaku Direktur Politeknik Kesehatan Semarang.
2. Bapak Sudiyono, SE., M.Kes. selaku Ketua Jurusan Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi Politeknik Kesehatan Semarang dan selaku dosen pembimbing Peraktek Kerja Lapangan I.
3. Bapak Edy Susanto, SH., S.Si., M.Kes. selaku ketua Program Studi D-III Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi Politeknik Kesehatan Semarang.
4. Seluruh Dosen dan Staff Jurusan Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi Politeknik kesehatan Semarang.
5. dr.H.Mundjirin, SpOG. Selaku Direktur RSUD Ungaran.
6. dr. Oktina R.D, Sp.Rad. selaku Kepala Instalasi Radiologi RSUD Ungaran.
7. Ibu Arwati Nugroho, SST. Selaku Kepala Ruang Instalasi Radiologi RSUD Ungaran.
8. Bapak Susilo Budi, S.Si. selaku Instruktur Pembimbing dalam penyusunan laporan Kasus di Instalasi Radiologi RSUD Ungaran.
9. Pak Sayidiar, Bu Sulechah, Mas Imron, Mbak Heni, Mbak Indah selaku Radiografer Instalasi Radiologi RSUD Ungaran yang telah membimbing saya selama PKL I.
10. Kedua Orang tua dan adikku tercinta yang selalu memberikan doa serta dukungan moral dan materil.
11. Seseorang yang aku sayangi yang selalu memberi dorongan kepada saya.
12. Teman-teman senasib dan seperjuangan , Jurusan Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi angkatan XXI Politeknik Kesehatan Semarang.
13. Semua pihak yang telah membantu terselesainya laporan kasus praktek Kerja Lapangan I.

Penulis menyadari bahwa laporan kasus ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan,mengingat keterbatasan pengetahuan dan kemampuan penulis. Oleh Karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak demi kesempurnaan laporan ini.

Akhir kata, penulis berharap semoga laporan kasus ini dapat bermanfaat bagi penulis sendiri dan juga bagi pembaca.



Semarang, Desember 2006




Penulis






































DAFTAR ISI


halaman

HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PENGESAHAN ii
KATA PENGANTAR iii
DAFTAR ISI iv
DAFTAR GAMBAR vi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 7
1.2 Rumusan Masalah 7
1.3 Tujuan Penulisan 8
1.4 Manfaat penulisan 8
1.5 Metode Penulisan 8
1.6 Sistematika Penulisan 9
BAB II DASAR TEORI
2.1 Anatomi Ossa Antebrachi 10 2.2 Indikasi Pemeriksaan 12
2.2.1. Trauma
2.2.2. Patologis
2.2.3. Benda Asing ( Corpus alienum )
2.2.4. Cacat Bawaan ( Congenentel )
2.3 Prosedur Pemeriksaan Ossa Antebrachii 15
2.3.1 Persiapan Pasien 15 2.3.2 Persiapan Alat 15 2.3.4 Teknik Pemeriksaan Ossa Antebrachii 15 2.4 Proteksi Radiasi 17 2.4.1 Tujuan Proteksi Radiasi 17
2.4.2 Usaha Proteksi Radiasi 18
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil Penelitian 19
3.1.1 Ilustrasi Kasus 19
3.1.2 Riwayat Penyakit 19
3.1.3 Prosedur Pemeriksaan 19
3.1.4 Processing Film 21
3.1.5 Hasil Pembacaan Dokter 21
3.2 Pembahasan 21
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan 23
4.2 Saran 23
DAFTAR PUSTAKA 24
LAMPIRAN 25





DAFTAR GAMBAR


halaman

Gambar 1. Radius 11
Gambar 2. Ulna 12
Gambar 3. Posisi Ossa Antebrachii AP dan Hasil Radiograf 16
Gambar 4. Posisi Ossa Antebrachii Lateral Dan Hasil Radiograf 17
Gambar 5. Radiograf Ossa Antebrachii Lateral dan AP 21







































BAB I
PENDAHULUAN


1.1. Latar Belakang

Radiodiagnostik merupakan salah satu cabang dari radiologi yang bertujuan untuk membantu pemeriksaan dalam bidang kesehatan, yaitu untuk menegakkan diagnosa suatu penyakit melalui pembuatan gambar yang disebut dengan radiograf. Pemeriksaan dengan memanfaatkan sinar-X mengalami perkembangan yang sangat pesat sejak pertama kali ditemukan pada tanggal 8 Nopember 1895 oleh Wilhelm Conrad Rontgen. Penemuan ini merupakan suatu revolusi dalam dunia kedokteran karena dengan hasil penemuan ini dapat digunakan untuk pemeriksaan bagian-bagian tubuh manusia yang sebelumnya tidak pernah tercapai.
Seiring dengan meningkatnya ilmu pengetahuan dan teknologi, sekarang ini dunia radiologi sudah mengalami banyak perkembangan. Adapun pemeriksaan radiologi ada dua macam yaitu :
a. Pemeriksaan sederhana
Merupakan pemeriksaan radiologi tanpa menggunakan media kontras. Yang termasuk pemeriksaan sederhana antara lain, pemeriksaan pada tulang belakang, tulang kepala, tulang panjang, tulang dada dan sebagainya.
b. Pemeriksaan canggih
Merupakan pemeriksaan secara radiologi yang menggunakan media kontras. Yang termasuk pemeriksaan canggih antara lain, pemeriksaan pada traktus urinarius, saluran pencernaan, pemeriksaan pada pembuluh darah, pemeriksaan pada pembuluh limfe dan sebagainya.
Pemeriksaan ossa antebrachii adalah salah satu pemeriksaan radiologi tanpa menggunakan media kontras. Indikasi pada ossa antebrachii yang sering terjadi adalah fraktur. Fraktur adalah discontinuitas dari jaringan tulang ( patah tulang ) yang biasanya disebabkan oleh adanya kekerasan yang timbul secara mendadak. Proyeksi yang digunakan dalam permeriksaan ossa antebrachii di RSUD Ungaran adalah proyeksi AP dan Lateral. Pada laporan kasus ini, penulis ingin mengetahui manfaat pemeriksaan ossa antebrachii dengan proyrksi AP dan Lateral di Instalasi Radiologi RSUD Ugaran untuk mendukung diagnosa suatu penyakit atau fraktur.
Dengan alasan diatas maka penulis tertarik untuk mengangkatnya dalam bentuk tulisan dengan judul ” Prosedur Pemeriksaan Ossa Antebrachii Pada Kasus Fraktur di Instalasi Radiologi RSUD Ungaran”.


1.2. Rumusan Masalah

Pada penulisan laporan kasus ini, penulis membatasi permasalahan yang akan dibahas antara lain:
1. Bagaimana prosedur pemeriksaan ossa antebrachii di Instalasi Radiologi RSUD ungaran ?
2. Bagaimanakah manfaat pemeriksaan ossa antebrachii dengan proyeksi AP dan Lateral di Instalasi Radiologi RSUD Ungaran untuk mendukung diagnosa suatu penyakit atau Fraktur ?
3. Bagaimana usaha proeksi radiasi di Instalasi Radiologi RSUD Ungaran ?

1.3. Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan laporan kasus ini adalah :
1. Untuk memenuhi salah satu tugas Praktek Kerja Lapangan I Jurusan Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi Semarang.
2. Untuk mengetahui prosedur pemeriksaan ossa antebrachii di Instalasi Radiologi RSUD Ungaran.
3. Untuk mengetahui sejauh mana pemeriksaan ossa antebrachii dengan proyeksi AP dan Lateral di Instalasi Radiologi RSUD Ungaran dalam membantu diagnosa suatu penyakit atau fraktur.
4. Untuk mengetahui usaha proteksi radiasi di Instalasi Radiologi RSUD Ungaran.

1.4. Manfaat Penulisan

1. Manfaat teori
Dapat menambah wawasan dan pengetahuan penulis serta memberikan informasi kepada pembaca mengenai pemeriksaan ossa antebrachii dengan proyeksi AP dan Lateral.
2. Manfaat praktek
a. Sebagai bahan masukan bagi Instalasi Radiologi RSUD Ungaran, dalam meningkatkan mutu dan kualitas dan kualitas radiograf secara optimal sehingga dapat menegakkan diagnosa dengan tepat.
b. Mengetahui tata laksana pemeriksaan Ossa antebrachii dengan kasus fraktur di Instalasi Radiologi RSUD Ungaran.

1.5. Metode Penulisan

Penulisan laporan kasus ini menggunakan metode yang berhubungan dengan prosedur pemeriksaan ossa antebrachii. Sumber data yang digunakan adalah sebagai berikut :

1. Observasi
Melihat dan melakukan secara langsung pemeriksaan ossa antebrachii pada kasus fraktur di Instalasi Radiologi RSUD Ungaran.
2. Studi Pustaka
Untuk mendukung permasalahan yang ada pada kasus ini, studi pustaka merupakan dasar teori dalam melakukan pengamatan di lapangan sebagai acuan laporan.



1.6. Sistematka Penulisan

Untuk lebih memudahkan dalam mempelajari isi, maka laporan kasus ini disusun sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Berisi tentang Latar Belakang, Rumusan Masalah, Tujuan Penulisan, Manfaat Penulisan, Metode Penulisan, Sistematika Penulisan.
BAB II DASAR TEORI
Berisi tentang Anatomi Ossa Antebrachii, Indikasi pemeriksaan Ossa Antebrachii, Prosedur Pemeriksaan Ossa Antebrachii, Proteksi Radiasi.
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN
Berisi tentang Hasil Penelitian dan Pembahasan.
BAB IV PENUTUP
Berisi tentang Kesimpulan dan Saran.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN




























BAB II
DASAR TEORI


2.1. Anatomi Ossa Antebrachii

Antebrachi terdiri dari dua tulang panjang yaitu radius dan ulna, namun kita harus memperhatikan syarat pada setiap pemerksaan tulang panjang, selain objek inti yang kita foto, kedua persendian tulang harus tampak. Jadi pada pemeriksaan antebrachii kita juga perlu mengetahui tulang carpal yaitu sendi bawah pada pergelangan tangan dan juga sendi siku yaitu 1/3 distal humerus.

a. Radius
Radius adalah tulang di sisi lateral lengan bawah. Merupakan tulang pipa dengan sebuah batang dan dua ujung dan lebih pendek dari pada ulna.

• Ujung atas radius
Radius kecil dan memperlihatkan kepala berbentuk kancing dengan permukaan dangkal yang bersendi dengan kapitulum dari humerus. Sisi-sisi kepala radius bersendi dengan takik radial dari ulna. Di bawah kepala terletak leher, dan di bawah serta di sebelah medial dari leher ada tuberositas radii, yang dikaitkan pada tendondari insersi otot bisep.
• Batang radius
Di sebelah atas batangnya lebih sempit dan lebih bundar daripada di bawah dan melebar makin mendekati ujung bawah. Batangnya melengkung ke sebelah luar dan terbagi dalam beberapa permukaan, yang seperti pada ulna memberi kaitan kepada flexor pronator yang letaknya dalam di sebelah posterior memberi kaitan pada extensor dan supinator di sebelah dalam lengan bawah dan tangan ligamentum interosa berjalan dari radus ke ulna dan memisahkan otot belakang dari yang depan lengan bawah.
• Ujung bawah radius
Agak berbentuk segiempat dan masuk dalam formasi dua buah sendi. Persendian inferior dari ujung bawah radius bersendi dengan skafoid (os navikular radii ) dan tulang semilunar ( linatum ) dalam formasi persendian pergelangan tangan. Permukaan di sebelah medial dari ujung bawah bersendi dengan kepala dari ulna dalam formasi persendian radio-ulnar inferor. Sebelah lateral dari ujung bawah diperpanjang ke bawah menjadi prosesus stiloid radius.



Gambar 1
Radius ( Evelyn, 2002 )


b. Ulna
Ulna atau tulang hasta adalah sebuah tulang pipa yang mempunyai sebuah batang dan dua ujung. Tulang itu adalah tulang sebelah medial dan lengan bawah dan lebih panjang dari radius atau tulang pengumpil. Kepala ulna ada di sebelah ujung bawah.

• Ujung atas ulna
Kuat dan tebal, dan masuk dalam formasi sendi siku. Prosesus olekranon menonjol ke atas di sebelah belakang dan tepat masuk di dalam fossa olekranon dari humerus. Prosesus koronoideus dari ulna menonjol di depannya, lebih kecil dari pada prosesus olekranon dan tepat masuk di dalam fossa koronoid dari humerus bila siku dibengkokan.
• Batang ulna
Makin mendekati ujung bawah makin mengecil. Memberi kaitan kepada otot yang mengendalikan gerakan dari pergelangan tangan dan jar. Otot-otot flexor dating dari permukaan anterior dan otot-otot extensor dari permukaan posterior. Otot yang mengadakan pronasi atau perputaran ke depan, dan otot yang mengadan supinasi atau putaran ke belakang dari lengan bawah juga dikaitkan kepada batang ulna.
• Ujung bawah ulna
Dua eminensi atau peninggian timbul di atasnya. Sebuah eminensi kecil bundar, kepala ulna, mengadakan sendi dengan sisi medial dari ujung bawah radius dalam formasi persendian radio-ulnaris inferior. Sebuah prosesus runcing, prosesus stiloideus menonjol ke bawah dari belakang ujung bawah.


Gambar 2
Ulna ( Evelyn, 2002 )


c. Karpal
Tulang carpal terdiri atas delapan tulang tersusun dalam dua baris, empat tulang dalam setiap baris. Baris atas tersusun dari luar ke dalam adalah berikut, navikular ( skafoid ), lunatum ( semilunar ), trikwertum dan psiform. Baris bawah adalah trapezium ( multangulum mayus ), trapezoid ( multangulum minus ), kapitatum, hamatum.
Navikulare (skafoid ) adalah tulangberbentuk perahu, lunatum ( semilunare ) adalah berbentuk seperti bulan sabit dan dua tulang itu bersendi di atas dengan ujung bawah radius dalam formasi pergelangan, dan di bawah bersendi dengan beberapa dari tulang karpal dari baris kedua.

d. 1/3 distal humerus
Ujung bawah humerus lebar dan agak pipih. Pada bagian paling bawah terdapat permukaan sendi yang di bentuk bersama tulang lengan bawah. Trokhlea yang terletak di sini sebelah dalam berbentuk gelondong-benang tempat persendian dengan ulna, dan di sebelah luar terdapat kapitulum yang bersendi dengan radius.
Pada kedua sisi persendian ujung bawah humerus terdapat dua epikondil, yaitu epikondil medial di sebelah dalam.

2.2. Indikasi Pemeriksaan

Tujuan dari pemeriksaan ini adalah untuk mendapatkan gambaran anatomis untuk mendukung diagnosa kelainan pada tulang. Untuk itu pemeriksaan ossa antebrachii ditujukan untuk indikasi patologis sebagai berikut :

2.2.1. Trauma ( kecelakaan )

Trauma adalah terjadi benturan dengan benda tajam yang mengakibatkan cidera. Yang termasuk trauma adalah :

1. Fraktur
Fraktur adalah Patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik. Kekuatan dan sudut dari tenaga tersebut, keadaan tulang itu sendiri, dan jaringan lunak di sekitar tulang akan menentukan apakah fraktur yang terjadi itu lengkap atau tidak lengkap. Fraktur lengkap terjadi apabila seluruh tulang patah, sedangkan pada fraktur tidak lengkap tidak melibatkan seluruh ketebalan tulang.
Jenis-jenis fraktur yang perlu diketahui secara radiologis adalah :
a. Complete Noncominuted Fracture
Secara radiologis akan terlihat sebagai garis Radioluscent di tempat fraktur dimana terjadi diskontinuitas tulang.
Keadaan ini disertai bermacam-macam bentuk antara lain :
1. Fraktur transversal
Adalah fraktur yang garis patahnya tegak lurus terhadap sumbu panjang tulang. Pada fraktur semacam ini, segmen-segmen tulang yang patah direposisi atau direduksi kembali ke tempat semula, maka segmen-segmen itu akan stabil, dan biasanya mudah dikontrol dengan bidai gips.
2. Fraktur oblik
Adalah fraktur yang garis patahnya membentuk sudut terhadap tulang. Fraktur ini tidak stabil dan sulit diperbaiki.
3. Fraktur spiral
Timbul akibat torsi pada ekstremitas. Yang menarik adalah bahwa jenis fraktur rendah energi ini hanya menimbulkan sedikit kerusakan jaringan lunak, dan fraktur semacam ini cenderung cepat sembuh dengan imobilisasi luar.
4. Fraktur multipel
Keadaan ini dinamakan suatu multipel apabila terdapat lebih dari satu fraktur complete pada satu tulang panjang.
5. Fraktur avulsi
Fraktur avulsi memisahkan suatu fragmen tulang pada tempat insersi tendon maupun ligamen. Biasanya tidak ada pengobatan spesifik yang diperlukan. Namun, bila diduga akan terjadi ketidakstabilan sendi atau hal-hal lain yang menyebabkan kecacatan, maka perlu dilakukan pembedahan untuk membuang atau meletakkan kembali fragmen tulang tersebut.
6. Chip fracture
Fraktur ini sejenis dengan avultion fracture, tetapi hanya sedikit fragmen dari sudut tulang yang terlepas, sering terjadi pada tulang-tulang pendek pada phalanges.
b. Incomplete fracture
Dinamakan suatu fraktur inkomplet bila tidak semua struktur tulang terputus. Ini hanya dapat diketahui dengan pemeriksaan radiologis.
Ada beberapa golongan fraktur inkomplet :
1. Green stick fracture
Adalah fraktur tidak sempurna dan sering terjadi pada anak-anak. Korteks tulangnya sebagian masih utuh, demikian juga periosteum. Fraktur-fraktur ini akan segera sembuh dan segera mengalami re-modelling ke bentuk dan fungsi normal.
2. Impacted fracture
Pada fraktur ini bagian fraktur dari tulang masuk ke bagian fragmen lainnya. Garis fraktur terlihat sebagai garis dens dan disertai terjadinya pemendekan tulang.
c. Fraktur kompresi
Fraktur kompresi terjadi ketika dua tulang menumbuk tulang ketiga yang berada diantaranya, seperti satu vertebra dengan dua vertebra lainnya. Fraktur pada korpus vertebra ini dapat didiagnosis dengan radiogram. Pada orang muda fractur kompresi dapat disertai perdarahan retroperitoneal yang cukup berat.
d. Fraktur patologik
Fraktur patologik terjadi pada daerah-daerah tulang yang telah menjadi lemah oleh karena tumor atau proses patologik lainnya. Tulang seringkali menunjukkan penurunan densitas. Penyebab yang paling sering dari fraktur-fraktur semacam ini adalah tumor baik primer atau tumor metastasis.
e. Fraktur traumatis
Pada keadaan ini struktur tulang adalah normal akibat suatu benturan menyebabkan suatu fraktur.
f. Fraktur beban lainnya
Fraktur beban terjadi pada orang-orang yang baru saja menambah tingkat aktivitas mereka. Pada saat gejala timbul, radiogram mungkin tidak menunjukkan adanya fraktur. Tetapi, biasanya setelah 2 minggu, timbul garis-garis radio-opak linear tegak lurus terhadap sumbuh panjang tulang. Fraktur semacam ini akan sembuh dengan baik jika tulang itu diimobilisasi selama beberapa minggu. Tetapi jika tidak terdiagnosis, tulang-tulang itu dapat bergeser dari tempat asalnya dan tidak menyembuh dengan seharusnya. Penderita semacam ini harus dianjurkan untuk memakai alat proteksi seperti tongkat, atau bidai gips yang tepat. Setelah 2 minggu, harus dilakukan pemeriksaan radiografi.

2. Fisura
Fisura adalah retak tulang.

3. Dislokasi
Dislokasi adalah tulang keluar dari mangkok sendi.

4. Luksasi
Luksasi lebih ringan dari dislokasi.

5. Ruptur
Ruptur adalah sobeknya jaringan ikat.

2.2.2 Pathologis

1. Artheritis
Artheritis adalah suatu radang pada persendian.
2. Osteoma
Osteoma adalah suatu kanker pasa tulang.

2.2.3. Benda asing ( corpus alienum )

Benda asing yatu benda yang tidak seharusnya ada dalam sistem fisiologi, masukny tidak disengaja atau menyalahi prinsif fisiologi, dan mengganggu sirkulasi tubuh atau sistem fisiologi tubuh.
Benda asing pada gambaran radiograf bisa berwarna lusen atau opaq. Berwarna lusen bila berasal dari benda non logam, nomor atomnya lebih rendah seperti kayu, duri, plastik, dan lain-lain. Berwarna opaq bila berasal dari logam, nomor aomnya lebih tinggi dari jaringan sekitar seperti paku, jarum, peluru, dan lain-lain.

2.2.4. Cacat bawaan ( Congenental )

Cacat bawaan adalah Suatu keadaan yang tidak lajim yang dibawa sejak lahir.

2.3. Prosedur Pemeriksaan Ossa Antebrachii

Pemeriksaan ossa antebrachii adalah pemeriksaan secara radiologi dengan menggunakan sinar-X untuk mendiagnosa adanya kelainan pada ossa antebrachii.

2.3.1. Persiapan Pasien

Pemeriksaan ossa antebrachii tidak ada persiapan secara khusus cukup dengan memberikan pengertian kepada pasien tentang pelaksanaan yang akan dilakukan, sehingga pasien tahu tindakan apa yang akan dilakukan selama pemeriksaan. Selain itu membebaskan objek yang akan difoto dari benda-benda yang mengganggu radiograf, seperti gelang.

2.3.2. Persiapan Alat

Adapun persiapan alat pada pemeriksaan ini adalah :
1. Pesawat sinar-X
2. Kaset dan Film sesuai ukuran,biasanya memakai ukuran 24 x 30
3. Marker R / L
5. Alat proteksi radiasi ( apron, gonad shield, ovarium shield, dan lain-lain )
6. Pakaian pasien
7. Alat fiksasi ( sand bag, soft bag )
8. Alat processing
9. ID Camera.

2.3.3. Teknik Pemeriksaan Ossa Antebrachii

1. Proyeksi Antero Posterior ( AP )
Indikasi pemeriksaan :
Fraktur, dislokasi pada tulang radius dan ulna. selain itu osteomyelitis dan arthritis.
Posisi Pasien :
Posisi pasien duduk menghadap meja pemeriksaan, dengan tangan di atas meja pemeriksaan Full ektensi.
Posisi obyek :
- Kedua lengan lurus di atas kaset.
- Atur ossa antebrachii true AP dengan cara mengukur ketinggian yang sama kedua epicondilus dengan permukaan kaset.
- Gunakan alat Fiksasi pada ujung jari tangan.
- Gunakan selalu apron pada pasien.
Arah sinar :
Central Ray ( CR ) : Vertikal tegak lurus terhadap kaset
Focus Film Distance ( FFD ) : 100 cm
Central Point ( CP ) : Pada mid antebrachii
Kriteria Radiograf :
- Tampak os radius dan ulna dalam posisi tidak superposisi.
- Tampak batas bawah adalah gambaran wrist joint dan batas atas elbow joint.
- Caput radius, ulna dan collum radius dan ulna saling overlaping.
Epicondilus medial dan lateral os humerus tidak mengalami elongasi dan foreshotened.



Gambar 3
Posisi ossa antebrachii AP dan hasil Radiograf ( Bontrager, 2001 )


2. Proyeksi Lateral
Indikasi pemeriksaan :
Fraktur, dislokasi pada tulang radius dan ulna. selain itu osteomyelitis dan arthritis.
Posisi pasien :
Posisi duduk menyamping meja pemeriksaan.
Posisi obyek :
- Atur lengan bawah fleksi 90o dengan lengan atas dengan tepi ulnaris menempel kaset.
- Gunakan alat Fiksasi pada ujung jari tangan.
- Gunakan selalu apron pada pasien.
Arah sinar :
Central Ray ( CR ) : Vertikal tegak lurus terhadap kaset
Focus Film Distance ( FFD ) : 100 cm
Central Point ( CP ) : Pada mid antebrachii
Kriteria Radiograf :
- Radus dan ulna tampak superposisi pada bagian distal dengan batas atas elbow joint dan batas bawah wrist joint masuk dalam film.
- Caput radus dan prosesus coronoid overlap.
- Epicondilus humerus superposisi.
- Elbow kelihatan fleksi.
- Softissue dan trabecula tampak dalam gambaran radiograf.




Gambar 4
Posisi ossa antebrachii Lateral dan hasil Radiograf ( Bontrager, 2001 )


2.4. Proteksi Radiasi

Sebagai sarana bantu diagnostik, sinar-X mempunyai daya tembus yang besar sehingga dapat menimbulkan efek pada jaringan yang terkena radiasi. Oleh sebab itu harus ada suatu usaha proteksi terhadap bahaya radiasi ini, untuk mempertahankan keutuhan dan fungsi jaringan lokal ( setempat ) atau seluruh tubuh.
Usaha proteksi radiasi tersebut sudah diatur ketentuannya, seperti peraturan-peraturan maupun pedoman kerja yang telah ditetapkan oleh Komisi Internasional Proteksi Radiasi dan Badan Tenaga Atom Nasional.


2.4.1. Tujuan Proteksi Radiasi

Sesuai dengan rekomendasi I.C.R.P atau N.C.R.P ( National Council of Radiation ), maka dapat disimpulkan bahwa tujuan proteksi radiasi adalah sebagai berikut :
1. Membatasi dosis radiasi yang diterima oleh pasien hingga sekecil mungkin sesuai dengan ketentuan klinik.
2. Membatasi dosis radiasi yang diterima oleh petugas radiasi hingga sekecil mungkin dan tidak boleh melewati batas yang telah ditentukan.
3. Membatasi dosis yang diterima oleh masyarakat umum agar berda pada batas-batas normal.
4. Pengawasan, penyimpanan dan penggunaan sumber-sumber radiasi harus mendapat perhatian yang cukup besar dari pemerintah, begitu pula dengan transportasi zat radioaktif.

2.4.2. Usaha Proteksi Radiasi

a. Proteksi radiasi terhadap pasien,diataranya :
1. Pemeriksaan dengan sinar-X hanya dilakukan atas permintaan dokter.
2. Membatasi luas lapangan penyinaran seluas daerah yang diperiksa.
3. Menggunakan faktor eksposi yang tepat, serta memposisikan pasien dengan tepat sehingga tidak terjadi pengulangan foto.
4. Menggunakan apron dan gonad shield pada waktu pemeriksaan.
b. Proteksi radiasi terhadap petugas, diantaranya :
1. Petugas selalu menjaga jarak dengan sumber radiasi saat bertugas.
2. Selalu berlindung dibalik tabir proteksi sewaktu melakukan eksposi.
3. Jika tidak diperlukan, petugas sebaiknya tidak berada di area penyinaran.
4. Jangan mengarahkan tabung ke arah petugas.
5. Petugas menggunakan alat ukur radiasi personal (film badge) sewaktu bertugas yang setiap bulan dikirimkan ke BPFK (Balai Pengaman Fasilitas Kesehatan) guna memonitor dosis radiasi yang diterima oleh petugas.
c. Proteksi radiasi terhadap masyarakat umum, diantaranya :
1. Sewaktu pemeriksaan berlangsung, selain pasien jangan ada yang berada di daerah radiasi ( kamar pemeriksaan ).
2. Ketika penyinaran berlangsung pintu kamar pemeriksaan selalu ditutup.
4. Tabung sinar-X diarahkan ke daerah aman ( jangan mengarah ke ruang tunggu ).
5 Perawat atau keluarga yang terpaksa beradadi dalam kamar pemeriksaan sewaktu penyinaran wajib menggunakan apron.


BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN


3.1. Hasil Penelitian

Hasil penelitian tentang teknik pemeriksaan radiografi ossa antebrachii pada kasus fraktur di Instalasi Radiologi RSUD Ungaran, berupa laporan kasus yang meliputi pelaksanaan pemeriksaan atau prosedur pemeriksaan yang akan diuraikan di bawah ini. Adapun laporan kasus tersebut adalah :

3.1.1. Ilustrasi Kasus

Pada tanggal 19 Nopember 2006 pasien dari IGD datang ke Instalasi Radiologi RSUD Ungaran dengan identitas sebagai berikut :
Nama : An. ID
Umur : 14 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Jl. Cokroaminoto 1A Ungaran
Nomor Foto : 5511
Diagnosa : Fraktur
Pemeriksaan Foto : X Foto Antebrachii Sinistra AP dan Lateral
Kiriman Foto : IGD
Dokter Pengirim : dr. Niken

3.1.2. Riwayat Penyakit

Pada saat itu pasien jatuh dan mengalami nyeri gerak di sekitar lengan bawah. Pada tanggal 19 November 2006 pasien di bawa ke IGD RSUD Ungaran kemudian pasien di kirim ke Instalasi Radiologi RSUD Ungaran Untuk dirontgen dengan permintaan X Foto antebrachii sinistra AP da Lateral.

3.1.3. Prosedur Pemeriksaan

Sebelum dilakukan pemeriksaan, perlu dipersiapkan hal-hal sebagai berikut :
A. Persiapan Pasien :
Membebaskan objek yang akan difoto dari benda-benda yang mengganggu radiograf, seperti gelang.
B. Persiapan Alat
1. Pesawat sinar-X
Merk : Trophy Rajawali Indonesia
Type : OMNIX N 200 ST
Nomor Seri Tabung : 21184
Type Tabung : D 17-20 / 40-125
kV Maximum : 110 kV
mA Maximum : 200 mA
Tahun Pembuatan : 1995
Tahun Pemasangan : 1999
2. Kaset dan Film ukuran 24 x 30
3. Marker L
4. Plester
5. Processing Otomatic
6. ID Camera
C. Teknik Pemeriksaan
1. Proyeksi Antero Posterior ( AP )
Indikasi pemeriksaan :
Fraktur
Posisi Pasien :
Posisi pasien duduk menghadap meja pemeriksaan, dengan tangan di atas meja pemeriksaan Full ektensi.
Posisi obyek :
- Kedua lengan lurus di atas kaset.
- Atur ossa antebrachii true AP dengan cara mengukur ketinggian yang sama kedua epicondilus dengan permukaan kaset.
- Gunakan alat Fiksasi pada ujung jari tangan.
- Gunakan selalu apron pada pasien.
Arah sinar :
Central Ray ( CR ) : Vertikal tegak lurus terhadap kaset
Focus Film Distance ( FFD ) : 100 cm
Central Point ( CP ) : Pada mid antebrachii
Faktor Eksposi
kV : 46 kV
mAs : 6
s : 0,06
mA : 100

2. Proyeksi Lateral
Indikasi pemeriksaan :
Fraktur
Posisi pasien :
Posisi duduk menyamping meja pemeriksaan.
Posisi obyek :
- Atur lengan bawah fleksi 90o dengan lengan atas dengan tepi ulnaris menempel kaset.
- Gunakan alat Fiksasi pada ujung jari tangan.
- Gunakan selalu apron pada pasien.
Arah sinar :
Central Ray ( CR ) : Vertikal tegak lurus terhadap kaset
Focus Film Distance ( FFD ) : 100 cm
Central Point ( CP ) : Pada mid antebrachii
Faktor Eksposi
kV : 46 kV
mAs : 6
s : 0,06
mA : 100
Selanjutnya film diberi identitas dan diproses di kamar gelap dengan menggunakan processing automatic. Adapun radiograf hasil pemeriksaan dapat dilihat dibawah ini :



Gambar 5
( Radiograf ossa antebrachii Lateral dan AP )

3.1.4. Processing Film

Pengolahan Film dilakukan di kamar gelap yang terdiri dari :
1. Daerah kerja kering
Daerah kerja kering disediakan untuk mengisi dan mengeluarkan film dari kaset, memberi identitas pada film serta memasang film pada jepitan ( hanger ) film.
2. Daerah Kerja basah disediakan untuk pengolahan film yang sudah terekspos. Proses pencucian film di Instalasi Radiologi RSUD Ungaran menggunakan Processing Otomatic.

3.1.5. Hasil Pembacaan Dokter

Pemeriksaan ossa antebrachii sinistra :
- Struktur trabekula tulang normal.
- Tak tampak lesi titik / sklerotik di tulang.
- Tampak gambaran fissura / fraktur peristeal di os radius sinistra ( 1/3 distal).
- Tak tampak dislokasi / luxasi sendi.
KESAN : Fraktur pada 1/3 distal os radius sinistra.


3.2. Pembahasan

3.2.1. Prosedur Pemeriksaan Ossa Antebrachii pada Kasus Fraktur di Instalasi Radiologi RSUD Ungaran.

Pemeriksaan ossa antebrachii tidak ada persiapan secara khusus cukup dengan memberikan pengertian kepada pasien tentang pelaksanaan yang akan dilakukan, sehingga pasien tahu tindakan apa yang akan dilakukan selama pemeriksaan. Selain itu membebaskan objek yang akan difoto dari benda-benda yang mengganggu radiograf, seperti gelang. Pada pemeriksaan ossa antebrachii di Instalasi Radiologi RSUD Ungaran menggunakan proyeksi AP dan Lateral

3.2.2. Bagaimanakah manfaat pemeriksaan ossa antebrachii dengan proyeksi AP dan Lateral di Instalasi Radiologi RSUD Ungaran untuk mendukukng diagnosa suatu penyakit atau Fraktur ?

Pemeriksaan ossa antebrachii di Instalasi Radiologi RSUD Ungaran di lakukan dengan proyeksi AP dan Lateral. Proyeksi ini sangat membantu dokter dalam mendiagnosa suatu penyakit. Pada proyeksi PA ossa antebrachii akan terlihat secara keseluruah dari arah depan, sedangkan dengan proyeksi lateral ossa antebrachii akan terlihat secara keseluruhan dari samping. Proyeksi lateral dimaksudkan untuk membantu mendiagnosa suatu penyakit yang tidak terlihat pada posisi AP agar diagnosa tepat.

3.2.3. Proeksi radiasi di Instalasi Radiologi RSUD Ungaran

Tiga prinsip proteksi radiasi :
1. Prinsip jarak
Dalam setiap pemotretan dengan menggunakan sinar-X seorang petugas radiasi harus senantiasa berada pada jarang yang jauh dengan sumber radiasi ( jarak yang aman ).
2. Prinsip waktu
Pada pemotretan, petugas radiasi seminimal mungkin berada di medan radiasi.
3. Prinsip perisai
Pada saat pemotretan dengan sinar-X, petugas radiasi harus senantiasa menggunakan perisai radiasi atau pelindung radiasi.
Dengan melihat penjelasan di atas proteksi radiasi di RSUD Ungaran kurang begitu diperhatikan, padahal sinar-X yang di gunakan sangat berbahaya bagi tubuh dan juga lingkungan . Diantaranya yang kurang diperhatikan adalah pada prinsp perisai.






BAB IV
PENUTUP


4.1. Kesimpulan

Dari pembahasan sebelumnya penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Teknik pemeriksaan ossa antebrachii adalah pemeriksaan secara radiologi dengan menggunakan sinar-X untuk mendiagnosa adanya kelainan ossa antebrachii.
2. Proyeksi yang digunakan di Instalasi Radiologi RSUD Ungaran sudah sesuai dengan teori yaitu menggunakan proyeksi AP dan Lateral yang sangat membantu seorang dokter radiolog dalam mendiagnosa suatu penyakit.
3. Proteksi radiasi yang di terapkan di Instalasi Radiologi RSUD Ungaran masih kurang, yaitu diantaranya :
 Tidak di gunakanya apron
 Ukuran lapangan penyinaran tidak di minimalkan
4. Pengolahan film sudah menggunakan processing otomatic.

4.2. Saran

1. Perlunya penjelasan tentang persiapan pemeriksaan pada pasien agar penderita paham maksud dan tujuan dari pemeriksaan yang akan dilakukan.
2. Sebaiknya Instalasi Radiologi RSUD Ungaran memperhatikan proteksi radiasi agar mengurangi radiasi yang diterima pasien petugas dan masyarakat umum.







DAFTAR PUSTAKA


Badan Tenaga Atom Nasional. Pedoman Proteksi Radiasi di Rumah Sakit dan Tempat Praktek Lainnya. Jakarta: BATAN. 1985.

Bloch, Bernard. Fraktur dan Dislokasi. Yogyakarta: Yayasan Essentia Medica, 1986.

Bontrager, Kennith L. Text Books of Radiographic Positioning and Anatomi. United State of America: The Mosby Company. 2001.

Pearce, Evelyn C. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. 2002.

Syaifuddin. Anatomi Fisiologi Untuk Siswa Perawat. Jakarta: EGC Penerbit Buku Kedokteran. 1987.

Sylvia, A.P. Patofisiologi. Jakarta: EGC Penerbit Buku Kedokteran. 1995.























LAMPIRAN

Lampiran 1. Permintaan Foto
Lampiran 2. Alur Pasien Instalasi Radiologi RSUD Ungaran

Jumat, 24 Juni 2011

Yaa Rasulullah Kekasih Allah

Raga ini serasa sudah lagi tak mampu membendung rindu padamu,
Alangkah bahagianya bila ku dapat bersanding di dekatmu.
Seakan hilang semua sedih dan pilu,
Ummy itulah semua ummat memanggilmu.
Lantunan shalawat mengiringi langkahku,
Untukmu Yaa Rasul.
Lantunan suara terbang mengiringi shalawat untukmu,
Landai dan lembut kami memanggilmu.
Allahumma Shalli ‘Ala Sayyidina Muhammad,
Hancur, meleleh air mata kami ketika mengucap kalimat itu.

Seperti Cinta Laila dan Majnun yang tak pernah habis,
Aku kan tetap mencintaimu,
Wahai Rasulullah kekasih Allah.

                                                                                                                                                                By: Fachrizal